Sunday, June 24, 2007

Pengenalan Pesawat Theodolith

PROGRAM PERKULIAHAN

Pertemuan ke : Siklus III

Peserta : Mahasiswa D3 Teknik Sipil

Materi Perkuliahan : Pengenalan Pesawat Teodolit

I. PENDAHULUAN

Teodolit adalah salah satu alat ukur tanah yang digunakan untuk menentukan sudut mendatar dan sudut tegak. Sudut yang dibaca bisa sampai pada satuan sekon ( detik ).

Dalam pekerjaan – pekerjaan ukur tanah, teodolit sering digunakan dalam pengukuran polygon, pemetaan situasi maupun pengamatan matahari. Teodolit juga bisa berubah fungsinya menjadi seperti PPD bila sudut vertikalnya dibuat 90°.

Dengan adanya teropong yang terdapat pada teodolit, maka teodolit bisa dibidikkan ke segala arah. Untuk pekerjaan-pekerjaan bangunan gedung, teodolit sering digunakan untuk menentukan sudut siku-siku pada perencanaan / pekerjaan pondasi, juga dapat digunakan untuk mengukur ketinggian suatu bangunan bertingkat.

II. NAMA-NAMA BAGIAN TEODOLIT

Secara umum, konstruksi teodolit terbagi atas tiga bagian :

1. Bagian Atas, terdiri dari :

a. Teropong / teleskope

b. Lingkaran skala tegak

c. Nivo tabung

d. Sekrup okuler dan obyektif

e. Sumbu mendatar ( sb. II )

f. Sekrup gerak vertikal

g. Teropong bacaan sudut

2. Bagian Atas, terdiri dari :

a. Penyangga bagian atas

b. Sekrup mikrometer

c. Sumbu tegak ( sb. I )

d. Nivo kotak

e. Sekrup gerak horisontal

3. Bagian Bawah, terdiri atas :

a. Lingkaran skalamendatar

b. Sekrup repetisi

c. Tiga sekrup penyetel

d. Tribrach

e. Kiap

III. MACAM / JENIS TEODOLIT

Macam teodolit berdasarkan konstruksinya, dikenal dua macam yaitu :

1. Teodolit Reiterasi ( Teodolit Sumbu Tunggal )

Dalam teodolit ini, lingkaran skala mendatar menjadi satu dengan
kiap, sehingga bacaan skala mendatarnya tidak bisa diatur.

Teodolit yang termasuk ke dalam jenis ini adalah teodolit type To ( Wild ) dan type DKM-2A( Kern ).

Lihat skema konstruksinya !

2. Teodolit Repetisi

Konstruksinya kebalikan dengan teodolit reiterasi, yaitu bahwa lingkaran mendatarnya dapat diatur dan dapat mengelilingi sumbu tegak ( sumbu I ).

Akibat dari konstruksi ini, maka bacaan lingkaran skala mendatar 0°, dapat ditentukan ke arah bidikkan / target yang dikehendaki. Teodolit yang termasuk ke dalam jenis ini adalah teodolit type TM 6 dan TL 60-DP ( Sokkisha ), TL 6-DE (Topcon), Th-51 ( Zeiss ).

Lihat skema konstruksinya !

Macam teodolit menurut sistem psmbacaannya :

1. Teodolit sistem bacaan dengan Index Garis

2. Teodolit sistem bacaan dengan Nonius

3. Teodolit sistem bacaan dengan Micrometer

4. Teodolit sistem bacaan dengan Koinsidensi

5. Teodolit sistem bacaan dengan Digital


Macam teodolit menurut akala ketelitian :

1. Teodolit Presisi ( Type T3 / Wild )

2. Teodolit Satu Sekon ( Type T2 / Wild )

3. Teodolit Sepuluh Sekon ( Type TM-10C / Sokkisha )

4. Teodolit Satu Menit ( Type To / Wild )

5. Teodolit Sepuluh Menit ( Type DK-1 / Kern )

IV. PERSYARATAN OPERASI TEODOLIT

1. Sumbu I harus tegak lurus dengan sumbu II ( dengan menyetel nivo tabung dan nivo kotaknya ).

2. Garis bidik harus tegak lurus dengan sumbu II.

3. Garis jurusan nivo skala tegak, harus sejajar dengan garis indeks skala tegak.

4. Garis jurusan nivo skala mendatar, harus tegak lurus den

gan sumbu II.

( syarat 2, 3, 4 sudah dipenuhi oleh pabrik pembuatnya )

V. CARA-CARA PENYETELAN TEODOLIT :

1. Dirikan statif sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan.

2. Pasang pesawat di atas kepala statif dengan mengikatkan landasan pesawat dan sekrup pengunci di kepala statif.

3. Stel nivo kotak dengan cara :

a. Putarlah sekrup A, B secara bersama-sama hingga gelembung nivo bergeser ke arah garis sekrup C. ( lihat gambar a )

b. Putarlah sekrup C ke kiri atau ke kanan hingga gelembung nivo bergeser ke tengah. ( lihat gambar b )


4. Setel nivo tabung dengan sekrup ungkit ( helling ).

Bila penyetelan nivo tabung menggunakan tiga sekrup penyetel (sekrup ABC), maka caranya adalah :

a. Putar teropong dan sejajarkan dengan dua sekrup AB ( lihat gambar a)

b. Putarlah sekrup A, B masuk atau keluar secara bersama-sama, hingga gelembung nivo bergeser ke tengah ( lihat ganbar a ).

c. Putarlah teropong 90° ke arah garis sekrup C ( lihat gambar b ).

d. Putarlah sekrup c ke kiri atau ke kanan hingga gelembung nivo bergeser ke tengah-tengah.

5. Periksalah kembali kedudukan gelembung nivo kotak dan nivo tabung dengan cara memutar teropong ke segala arah.

Bila ternyata posisi gelembung nivo bergeser, maka ulangi beberapa kali lagi dengan cara yang sama seperti langkah sebelumnya. Penyetelan akan dianggap benar apabila gelembung nivo kotak dan nivo tabung dapat di tengah-tengah, meskipun teropong diputar ke segala arah.

6. Pesawat diarahkan ke segala arah.

Cara pembacaan bak ukur :

Pada rambu ukur akan terlihat huruf E dan beberapa kotak kecil yang berwarna merah dan hitam yang berada di atas warna dasar putih. Setiap huruf E mempunyai jarak 5 cm dan setiap kotak kecil panjangnya 1 cm.

VI. LANGKAH PERHITUNGAN

1. Perhitungan Jarak


Jika memakai sudut vertikal (zenith) :

do = (BA-BB) x 100 x sin V , jarak optis

do = (BA-BB) x 100 x sin2 V , jarak datar

Jika memakai sudut vertikal (elevasi) :

do = (BA-BB) x 100 x cos V , jarak optis

do = (BA-BB) x 100 x cos2 V , jarak datar

2. Perhitungan Beda Tinggi ( ∆h )

Jika memakai sudut vertikal (zenith) :

∆h = ta + dh - BT

tan V

Jika memakai sudut vertikal (elevasi) :

∆h = ta + (dh x tan V) - BT

3. Perhitungan Ketinggian

TPx = TP1 + ∆h , TP1 adalah ketinggian di titik pesawat


PESAWAT TEODOLIT TOPCON TL 6 G

Cara membaca sudut :

Hasil bacaan sudut horisontal : 000 17’ 20”

Contoh bacaan mikro meter :


PESAWAT TEODOLIT T1 AE


Keterangan :

1. Visir 11. Centring optis

2. Teropong 12. Sekrup gerak halus horisontal atas

3. Sekrup pengunci gerak vertikal 13. Sekrup gerak halus pengunci atas

4. Sekrup okuler 14. Sekrup pengunci grk halus hz bwh

5. Kaca penerang 15. Sekrup gerak halus horisontal bwh

6. Teropong pembaca sudut 16. Lensa penerang

7. Sekrup obyektif 17. Nivo kotak

8. Sekrup gerak halus vertikal 18. Tribarch

9. Nivo tabung 19. Sekrup penyetel

10. Sekrup mikrometer 20. Statif


Pembacaan Sudut T1 AE :

- menit detik

- vertikal

- horisontal

1. Sudut Vertikal

Kita himpit angka yang pas, misal 88 ke tengah garis sejajar dengan sekrup mikrometer.

Hasil bacaan = 88° + 12’ + (1/3). 1”

= 88° 12’ 20”

2. Sudut Horisontal

(Sama dengan cara membaca sudut vertikal)

Hasil bacaan = 160° 10’


PESAWAT TEODOLIT To

Keterangan :

1. Sekrup pengunci gerak vertikal 11. Nivo tabung

2. Sekruip okuler 12. Teropong

3. Teropong pembaca sudut vertikal 13. Sekrup obyektif

4. Sekrup gerak halus vertikal 14. Lensa pembaca sudut horisontal

5. Sekrup mikrometer 15. Sekrup bacaan sudut horisontal

6. Nivo kotak 16. Sekrup penyetel nivo tabung

7. Sekrup pengunci gerak horisontal 17. Sekrup tiga penyetel

8. Sekrup gerak halus horisontal

9. Handel magnet

10. Plat dasar

Cara Membaca Sudut :

1. Sudut horisontal

Arah kiri bawah – kanan atas cari angka bawah dan atas terdekat yang selisih 180 °

Hasil bacaan gb di atas :

Hz = 54° 36’ 00”

Keterangan :

Pada skala bacaan derajat 1 strip = 2°

Tapi dalam pembacaannya 1 strip = 1°

Perhatikan angka 50° - 230°

Untuk bacaan menit terdapat pada teromol pembacaan menit dan sekon.

Hasil bacaan sudut Hz biasa dan luar biasa harus sama.

2. Sudut vertikal

Dari arah kiri atas ke kanan bawah dicari angka sama yang terdekat.

Hasil bacaan :

V = 83° 12’

Keterangan :

Pada skala bacaan derajat 1 strip = 20’

Tapi dalam pembacaannya 1 strip = 10’

Pada bacaan sudut vertikal To tidak ada bacaan detiknya.

...

Wednesday, June 13, 2007

Pemetaan Situasi dan Kontur

PERKULIAHAN SIKLUS II

PEMETAAN SITUASI DAN KONTUR

I. PENDAHULUAN
Pemetaan situasi dan detail adalah pemetaan suatu daerah atau wilayah ukur yang mencakup penyajian dalam dimensi horisontal dan vertikal secara bersama-sama dalam suatu gambar peta.
Untuk penyajian gambar peta situasi tersebut perlu dilakukan pengukuran sebagai berikut :
a. Pengukuran titik fundamental ( Xo, Yo, Ho dan ao )
b. Pengukuran kerangka horisontal ( sudut dan jarak )
c. Pengukuran kerangka tinggi ( beda tinggi )
d. Pengukuran titik detail ( arah, beda tinggi dan jarak terhadap titik detail yang dipilih sesuai dengan permintaan skala )
Pada dasarnya prinsip kerja yang diperlukan untuk pemetaan suatu daerah selalu dilakukan dalam dua tahapan, yaitu :
1. Penyelenggaraan kerangka dasar sebagai usaha penyebaran titik ikat
2. Pengambilan data titik detail yang merupakan wakil gambaran fisik bumi yang akan muncul di petanya.
Kedua proses ini diakhiri dengan tahapan penggambaran dan kontur.
Dalam pemetaan medan pengukuran sangat berpengaruh dan ditentukan oleh kerangka serta jenis pengukuran. Bentuk kerangka yang didesain tidak harus sebuah polygon, namun dapat saja kombinasi dari kerangka yang ada.
a. Pengukuran Horisontal
Terdapat dua macam pengukuran yang dilakukan untuk posisi horisontal yaitu pengukuran polygon utama dan pengukuran polygon bercabang.
b. Pengukuran Beda Tinggi
Pengukuran situasi ditentukan oleh dua jenis pengukuran ketinggian, yaitu
- Pengukuran sifat datar utama .
- Pengukuran sifat datar bercabang .
c. Pengukuran Detail
Pada saat pengukuran di lapangan , data yang diambil untuk pengukuran detail adalah :
- Beda tinggi antara titik ikat kerangka dan titik detail yang bersangkutan .
- Jarak optis atau jarak datar antara titik kerangka dan titik detail .
- Sudut antara sisi kerangka dengan arah titik awal detail yang bersangkutan , atau sudut jurusan magnetis dari arah titik detail yang bersangkutan .

Adapun metode pengukuran situasi sendiri ada dua, yaitu :
1. METODE OFFSET
Pada metode ini alat utama yang digunakan adalah pita / rantai dan alat bantu untuk membuat siku ( prisma ).
Metode offset terdiri dari dua cara, yaitu :
a. Metode siku-siku ( garis tegak lurus )

Titik-titik detail diproyeksikan siku-siku terhadap garis ukur AB. Kemudian diukur jarak-jaraknya dengan mengukur jarak aa’, bb’, cc’, dd’, posisi titik a, b, c dan d secara relatif dapat ditentukan.

b. Metode Mengikat ( Interpolasai )
Titik-titik detail diikat dengan garis lurus pada garis ukur.
Ada dua cara :
1. Pengikatan pada sembarang titik.
2. Perpanjangan sisi
1. Pengikatan pada sembarang titik.

Tentukan sembarang garis pada garis ukur AB titik-titik a’, a”, b;, b”, c’, c”.
Usahakan segitiga a’a”a, b’b”b, c’c”c merupakan segitiga samasisi atau samakaki. Dengan mengukur jarak Aa’, Aa”, Ab’, Ab”, Ac’, Ac”, Bc”, Bc’, Bb”, Bb’, Ba’, Ba”, a’a, a”a, b’b, b”b, c’c, c”c maka posisi titik-titik a, b, c dapat ditentukan.
2. Perpanjangan sisi

3. Cara Trilaterasi Sederhana
2. METODE POLAR
Alat : theodolit kompas ( missal To ) atau theodolit repetesi.
1. Dengan unsur Azimuth dan jarak

2. Dengan unsur sudut dan jarak
- Pengukuran sudut dilakukan dari titik dasar teknik
- Pengukuran jarak datar dilakukan dengan pita ukur atau EDM.












Dalam menentukan titik batas dibutuhkan minimal tiga data ukuran yang dikukur dengan menggunakan minimal dua titik tetap ( referensi )
Contoh :
1. Sudut, sudut, sudut


























Setelah pengukuran pemetaan situasi dan detail telah selesai dilaksanakan langkah berikutnya yaitu melakukan perhitungan terhadap data yang telah diperoleh dan menyajikannya dalam bentuk penggambaran peta yang dilengkapi dengan garis kontur .
Garis kontur adalah yang ada dipermukaan bumi yang menghubungkan titik – titik dengan ketinggian yang sama dari suatu bidang referensi tertentu .
Konsep dari garis kontur ini dapat mudah dipahami dengan membayangkan kolam air . Jika air dalam keadaan tenang , maka tepi dari permukaan air itu akan menunjukan garis yang ketinggiannya sama . Garis tersebut akan menutup pada tepi kolam dan membentuk garis kontur .
Adapun kegunaan dari garis kontur ini antara lain :
1. Sebagai dasar untuk menentukan penampang tegak suatu permukaan tanah .
2. Sebagai dasar untuk perencanaan besarnya galian atau timbunan .
3. Memperlihatkan ketinggian tanah dalam lokasi atau peta tersebut ,dan sebagainnya .

II. PERALATAN DAN PERLENGKAPAN
1. Pesawat theodolit
2. Statif
3. Rambu ukur
4. Unting – unting
5. Payung
6. Pata board
7. Patok
8. Alat tulis

III. LANGKAH KERJA
a. Pembuatan kerangka polygon tertutup .
1. Siapkan catatan , daftar pengukuran dan buat sket lokasi yang akan dipetakan .
2. Tentukan titik-titik kerangka poligon .
3. Dirikan pesawat diatas titik P1 dan stel pesawat tersebut tepat diatas titik sampai datar .
4. Arahkan pesawat ke arah utara magnetis dan nolkan sudut horisontalnya.
5. Putar teropong pesawat dan bidikkan ke titik P2, baca sudut horisontalnya.
6. Letakkan bak ukur di atas titik P2, bidik dan baca BA, BT, BB dan sudut vertikalnya.
7. Putar teropong pesawat searah jarum jam dan bidikkan ke titik Pakhir, baca sudut horisontalnya.
8. Letakkan bak ukur di atas titik Pakhir, bidik dan baca BA, BT, BB dan sudut vertikalnya
9. Pindahkan pesawat ke titik P2 dan lakukan penyetelan alat.
10. Arahkan pesawat ke titik P3, baca sudut horisontalnya.
11. Letakkan bak ukur di atas titik P3, bidik dan baca BA, BT, BB dan sudut vertikalnya.
12. Putar teropong pesawat searah jarum jam dan bidikkan ke titik P1, baca sudut horisontalnya.
13. Letakkan bak ukur di atas titik P1, bidik dan baca BA, BT, BB dan sudut vertikalnya.
14. Dengan cara yang sama , pengukuran dilanjutkan ketitik poligon berikutnya sampai kembali ke titik P 1.
15. Lakukan perhitungan sudut pengambilan , sudut azimut , koordinat beda tinggi dan ketinggian di masing – masing titik .
16. Gambar hasil pengukuran dengan skala.
b. Praktek Pengukuran Situasi .
1. Siapkan catatan , daftar pengukuran dan buat sket lokasi yang akan dibuat situasi .
2. Dirikan pesawat diatas titik P1 dan stel pesawat tersebut tepat diatas titik sampai datar .
3. Arahkan pesawat ke titik P2 dan nolkan piringan sudut horisontal serta kunci kembali dengan memutar skrup piringan bawah .
4. Tentukan titik-titik situasi yang akan dibidik.
5. Putar pesawat searah jarum jam dan arahkan pada tiap-tiap titik detail satu persatu. Lakukan pembacaan BA, BT, BB, sudut vertikal dan sudut horisontal.
6. Masukkan data situasi pada daftar pengukuran situasi.
7. Pindahkan pesawat ke titik P2 dan stel pesawattersebut tepat di atas titik sampai datar.
8. Dengan cara yang sama lakukan pembidikan ke titik-titik detail yang dianggap perlu.
9. Lakukan pengukuran titik detail berikutnya dengan cara yang sama sampai selesai.
10. Lakukan perhitungan beda tinggi dan tinggi titik.
11. Gambar hasil pengukuran.
c. Penyajian Pengukuran Pemetaan
Setelah selesai dilakukan perhitungan sajikan dalam bentuk gambar peta situasi yang dilengkapi garis kontur.
Cara penentuan garis kontur yaitu :
- Dari hasil pengukuran dihitung dan digambar dengan skala tertentu. Kemudian dibuat garis konturnya sesuai dengan sistem interpolasi. Adapun interval kontur kurang lebih 1 m, tergantung dari ketinggian tanah.
Interval kontur = 1/2000 x skala peta, satuan dalam meter
Rumus umum letak garis kontur (X) adalah :
X = x d
IV. LANGKAH PERHITUNGAN
a. Pengukuran Polygon Tertutup
1. Sudut Pengambilan (b)
b luar = Hz (muka) – Hz (blk)
b dalam = Hz (blk) – Hz (muka)
Syarat :
å b luar = ( n+2 ) . 180°
å b dalam = ( n+2 ) . 180°
Jika å b lapangan ¹ å b teori maka ada koreksi.
Adapun besar koreksi adalah :
å koreksi = å b teori - å b lapangan


Cara koreksi sudut ada 2, yaitu :
1. Metode Perataan
Kor. Db = å kor. b / n
2. Metode Bow Dieth
Kor. Db = ( b / å b ) . å kor. b atau
Kor. Db = ( d / å d ) . å kor. b
2. Sudut Azimuth (a)
an = aawal + bn -180°
bn adalah sudut pengambilan setelah koreksi
3. Jarak Datar


Jika memakai sudut zenith ( vertikal ) :
Do = ( BA- BB) x 100 x SinV , jarak optis
Dh = ( BA- BB) x 100 x Sin V , jarak datar
Jika memakai sudut elevasi (a) :
Do = ( BA- BB) x 100 x Cos V , jarak optis
Dh = ( BA- BB) x 100 x Cos V , jarak datar

4. Beda Tinggi (Dh)
Jika memakai sudut zenith ( vertikal ) :
Dh = ta + - BT
Jika memakai sudut elevasi (a) :
Dh = ta + (Dh x tan V) – BT
Adapun syarat Dh untuk polygon tertutup yaitu :
Dh (+) - Dh (-) = 0
Jika ¹ 0, maka ada kesalahan yang harus dikoreksi.
Jika kesalahan (+) maka koreksi (-)
Jika kesalahan (-) maka koreksi (+)
Cara koreksi ada dua yaitu :
1. Metode Pukul Rata
2. Metode Bow Dieth
b. Pengukuran Situasi
Rumus-rumus yang dipakai yaitu :
Jika memakai sudut zenith ( vertikal ) :
- Jarak
Do = ( BA- BB) x 100 x SinV , jarak optis
Dh = ( BA- BB) x 100 x Sin V , jarak datar
- Beda Tinggi
Dh = ta + - BT
- Ketinggian ( T detail )
T detail = T Px + Dh , TPx adalah Ketinggian di titik pesawat
Jika memakai sudut elevasi (a) :
- Jarak
Do = ( BA- BB) x 100 x Cos V , jarak optis
Dh = ( BA- BB) x 100 x CosV , jarak datar
- Beda Tinggi (Dh)
Dh = ta + (Dh x tan V) – BT
- Ketinggian ( T detail )
T detail = T Px + Dh , TPx adalah Ketinggian di titik pesawat

V. CARA PENGGAMBARAN
a. Situasi
Adapun langkah-langkah penggambaran situasi adalah sebagai berikut :
1. Menggambar titik-titik polygon
2. Menggambar titik-titik detail
3. Menggambar situasi

b. Kontur
Adapun langkah-langkah penggambaran kontur adalah sebagai berikut :
1. Menggambar situasi
2. Melengkapi gambar situasi dengan ketinggian di tiap-tiap titik ( baik titik polygon maupun titik detail )
3. Tentukan titik yang mempunyai ketinggian sama.
4. Hubungkanlah titik-titik yang mempunyai ketinggian sama.
5. Hasil kontur tidak boleh :
- Bercabang
- Bertemu
- Memotong
- Berhenti di tengah



Sunday, June 3, 2007

Kuliah Ukur Tanah Tentang Pengukuran Poligon

I. PENDAHULUAN

Polygon ialah serangkaian garis lurus yang menghubungkan titik-titik yang terletak di permukaaan bumi. Prinsip kerja pengukuran polygon yaitu mencari sudut jurusan dan jarak dari gabungan beberapa garis yang bersama-sama membentuk kerangka dasar untuk keperluan pemetaan suatu daerah tertentu.

Macam-macam polygon :
1.
Polygon terbuka

Yaitu polygon yang titik awal dan titik akhirnya bukan merupakan satu titik yang sama.

Macamnya :

a. Polygon terbuka bebas ( tidak terikat )

b. Polygon terbuka terikat sebagian

1. Polygon terbuka terikat azimuth sebagian

b. Polygon tertutup terikat sebagian

1. Polygon tertutup terikat azimuth sebagian

2. Polygon tertutup terikat koordinat sebagian

c. Polygon tertutup terikat sempurna

1. Polygon tertutup terikat azimuth

U

2. Polygon tertutup terikat koordinat

I. PERALATAN DAN PERLENGKAPAN

  1. Pesawat Theodolith
  2. Statif
  3. Rambu ukur
  4. Payung
  5. Data board
  6. Patok
  7. Alat tulis
  8. Alat hitung

II. LANGKAH KERJA

  • Pengukuran Polygon Terbuka Bebas
  1. Siapkan catatan , daftar pengukuran dan buat sket lokasi areal yang akan diukur.
  2. Tentukan dan tancapkan patok pada titik-titik yang akan dibidik
  3. Dirikan pesawat di atas titik P1dan lakukan penyetelan alat sampai didapat kedataran.
  4. Arahkan pesawat ke arah utara dan nolkan piringan sudut horisontal dan kunci kembali dengan memutar skrup piringan bawah.
  5. Putar teropong dan arahkan teropong pesawat ke titik P2, baca dan catat sudut horisontalnya yang sekaligus sebagai sudut azimuth. Bacaan ini merupakan bacaan biasa untuk bacaan muka.
  6. Dengan posisi pesawat tetap di atas titik P1, putar pesawat 180° searah jarum jam, kemudian putar teropong 180° arah vertikal dan arahkan teropong ke titik P2.
  7. Lakukan pembacaan sudut horisontal. Bacaan ini merupakan bacaan luar biasa untuk bacaan muka.
  8. Pindah pesawat ke titik P2 dan lakukan penyetelan alat.
  9. Arahkan pesawat ke titik P3, baca dan catat sudut horisontalnya (bacaan biasa untuk bacaan muka).
  10. Lakukan pembacaan sudut luar biasa pada titik P2.
  11. Putar teropong pesawat searah jarum jam dan arahkan ke titi P1. Baca dan catat sudut horisontalnya, baik bacan biasa maupun luar biasa. Bacaan ini merupakan bacaan belakang.
  12. Dengan cara yang sama, lakukan pada titik-titik polygon berikutnya sampai P akhir.
  13. Lakukan pengukuran jarak antar titik dengan meteran.
  14. Lakukan perhitungan sudut pengambilan b, sudut azimuth dan koordinat masing-masing titik.
  15. Gambar hasil pengukuran dan perhitungan.
  • Pengukuran Polygon Tertutup
  1. Siapkan catatan , daftar pengukuran dan buat sket lokasi areal yang akan diukur.
  2. Tentukan dan tancapkan patok pada titik-titik yang akan dibidik
  3. Dirikan pesawat di atas titik P1dan lakukan penyetelan alat sampai didapat kedataran.
  4. Arahkan pesawat ke arah utara dan nolkan piringan sudut horisontal dan kunci kembali dengan memutar skrup piringan bawah.
  5. Putar teropong dan arahkan teropong pesawat ke titik P2, baca dan catat sudut horisontalnya yang sekaligus sebagai sudut azimuth. Bacaan ini merupakan bacaan biasa untuk bacaan muka.
  6. Dengan posisi pesawat tetap di atas titik P1, putar pesawat 180° searah jarum jam, kemudian putar teropong 180° arah vertikal dan arahkan teropong ke titik P2.
  7. Lakukan pembacaan sudut horisontal. Bacaan ini merupakan bacaan luar biasa untuk bacaan muka.
  8. Putar teropong pesawat dan arahkan di titik P akhir dan lakukan pembacaan sudut horisontal pada bacaan biasa dan luar biasa. Bacaan ini merupakan bacaan belakang.
  9. Dengan cara yang sama, lakukan pada titik-titik polygon berikutnya hingga kembali ke titik P1.
  10. Lakukan pengukuran jarak antar titik dengan meteran.
  11. Lakukan perhitungan sudut pengambilan b, sudut azimuth dan koordinat masing-masing titik.
  12. Gambar hasil pengukuran dan perhitungan.

III. LANGKAH PERHITUNGAN

a. Pengukuran Polygon Terbuka Bebas (Tidak Terikat)

1. Sudut Pengambilan (b)

b = sudut Hz (muka) – sudut Hz (blk)

2. Sudut Azimuth (a)

an = aawal + bn -180°

3. Koordinat

Dxn = dn . Sin an

Xn = X n-1 + Dxn

Dyn = dn . Cos an

Yn = Y n-1 + Dyn

b. Pengukuran Polygon Tertutup Bebas

1. Sudut Pengambilan (b)

b luar = Hz (muka) – Hz (blk)

b dalam = Hz (blk) – Hz (muka)

Syarat :

å b luar = ( n+2 ) . 180°

å b dalam = ( n+2 ) . 180°

Jika å b lapangan ¹ å b teori maka ada koreksi.

Adapun besar koreksi adalah :

å koreksi = å b teori - å b lapangan

Cara koreksi sudut ada 2, yaitu :

1. Metode Perataan

Kor. Db = å kor. b / n

2. Metode Bow Dieth

Kor. Db = ( b / å b ) . å kor. b atau

Kor. Db = ( d / å d ) . å kor. b

2. Sudut Azimuth (a)

an = aawal + bn -180°

bn adalah sudut pengambilan setelah koreksi

3. Koordinat

Dxn = dn . Sin an

Xn = X n-1 + Dxn

Dyn = dn . Cos an

Yn = Y n-1 + Dyn

Syarat :

a. å Dx (+) - å Dx (-) = 0

Jika ¹ 0, maka ada koreksi (å kor.Dx).

Koreksi (+) jika kesalahan (-)

Koreksi (-) jika kesalahan (+)

Cara koreksi ada 2, yaitu :

1. Metode Perataan

Kor. Dx = å kor. Dx / n , jumlah titik

2. Metode Bow Dieth

Kor. Dx = ( b / å b ) . å kor. x atau

Kor. Dx = ( d / å d ) . å kor. x

b. å Dy (+) - å Dy (-) = 0

Jika ¹ 0, maka ada koreksi (å kor.Dy).

Koreksi (+) jika kesalahan (-)

Koreksi (-) jika kesalahan (+)

Cara koreksi ada 2, yaitu :

3. Metode Perataan

Kor. Dy = å kor. Dy / n , jumlah titik

4. Metode Bow Dieth

Kor. Dy = ( b / å b ) . å kor. y atau

Kor. Dy = ( d / å d ) . å kor. y